THE UNDERDOGS (2017)


Dalam beberapa tahun terakhir fenomena Youtubers meningkat pesat, hampir saban hari muncul muncul pengguna baru di situs berbagi miliknya Google tersebut. Bagi sebagian orang para Youtubers memang patut diidolakan, ke-kreativan mereka dalam mengolah kontem menjadi tontonan yang sedap disantap begitu menarik untuk disimak, namun tak sedikit yang mencibir (termasuk saya sendiri) para Youtubers dengan berbagi alasan. Ada yang murni karena 'benci' ada juga yang mencibir karena iri.


Entah itu kualitas konten yang mereka hasilkan ataupun kepribadian mereka tanpa benar-benar memahami motivasi dibalik pembuatan kanalnya. Apakah murni ingin merengkuh popularitas secara instan, atau memang letak passion mereka disitu.
Berangkat dari fenomena diatas, Adink Liwutang menandai debut penyutradaraan melalui The Underdogs mencoba tuk memberikan klarifikasi dan pemikiran positif bagi semua orang jika para Youtubers itu tak selamanya melekat dengan stigma negatif.
Empat sekawan, Ellie (Sheryl Sheinafia), Dio (Brandon Salim), Bobi (Jeff Smith), dan Nanoy (Babe Cabita) adalah korban bullying, dianggap pecundang di sekolah. Kondisi ini bertahan hingga mereka lulus, keinginan mereka memperbaiki nasib terjawab pasca melihat kesuksesan S.O.L yang di gawangi oleh Sandro X (Ernest Prakasa), Oscar (Young Lex), dan Lola (Han Yoo Ra), trio youtubers yang sukses dengan video rap mereka. Terinspirasi, 4 sekawan ini pun memutuskan untuk membuat channel youtube dengan nama The Underdogs sembari berharap dapat merubah nasib ditengah beragam deraan masalah pribadi dan keluarga. Yang tidak meraka antisipasi adalah, membuat sebuah konten tak semudah membalikkan telapak tangan, banyak tahapan yang harus mereka lalui. Namun dalam upayanya mereka nekat membuat sebuah video dengan segala keterbatasan, tanpa dinyana-nyana vidoe mereka viral dan seketika membuat popularitas mereka menanjak, namun ada harga yang harus di bayar, persahabatan mereka taruhannya.

Bukan hanya berbicara mengenai tahapan-tahapan menjadi youtubers handal, penonton diajak untuk memahami betul fenomena youtubers yang sedang menjamur ketimbang menghakimi secara sepihak tanpa paham betul apa yang sebenarnya terjadi. Adink coba melakukan penelitian dengan personil The Underdogs sebagai studi kasus. Keempatnya mempunyai masalah pribadi dirumah, orang tua Ellie senantiasa bertengkar, ayah Bobi menghendakkan putranya tuk melanjutkan bisnis pabrik tahu yang telah dirintis keluarga, Dio masih dianggap belum dewasa oleh sang ibu, lain lagi keluarga Nanoy yang menganggapnya sebagai sebuah aib. Proses yang melatari perjuangan grup ini sedari sebelum video pertama diunggah hingga merengkuh ketenaran mengingatkan kita jika membuat kanal pun memerlukan kombinasi antara keberanian, kreativitas serta konsistensi. Tak semudah "buat ini yuk, buat itu yuk!!" lalu rekam kemudian unggah di sosial media. Disinilah peranan penting naskah Alitt Susanto dan Bene Dion Rajagukguk dalam menunjukkan tajinya. Saya (atau kita) terbiasa menganggap jajaran Youtubers terdiri atas sosok-sosok haus akan popularitas. Naskah The Underdogs menjelaskan betapa banyak dorongan lain. Dan bagusnya lagi pesan tersebut melebur dengan mulus dalam cerita tanpa kesan ingin menceramahi. Intinya, bisa jadi diluar sana ada Youtubers yang bergerak dari alasan serupa.

Alur penceritaannya tak hanya bergerak rapi, pun ikut mendorong keterikatan akan karakter. Contonya saat Bobi menyulut api perpecahan kala The Underdogs telah menapaki kesuksesan mereka. Enggan berlarut-larut, Adink secara cepat juga tepat seketika menggiring penonton menuju pemahaman tentang persoalan pribadi Bobi, menghalangi kesempatan penonton kesal kepadanya. Walau cukup disayangkan, perjalanan ke arah resolusi mengenai konflik keluarga agak terburu-buru pula menggampangkan. The Underdogs turut menyampaikan bagaimana media sosial  dapat luar biasa jika dimanfaatkan dengan cermat.


The Underdogs tak melupakan hakikatnya untuk mengajak penonton bersenang-senang, sedari babak introduksi hingga credit title usal bergulir, film secara konsisten meninggalkan lubang-lubang humor yang sebagian berhasil menjebak para penonton untuk jatuh tertawa bersama didalamnya. Lawakannya bisa dikata cukup kaya pula kreatif; ada slaptick, disulut situasi, plesetan hingga permainan referensi. Keberhasilan barisan humornya dalam menjerat penonton takblepas dari kontribusi para pelakonnya. Terutama untuk 4 sekawan yang tampil solid membentuk chemistry meyakinkan, terkhusus untuk Babe, ia tampil lebih "gila"  dari biasanya, dan ketiga lainnya cukup mampu untuk mengimbangi Bebe,sejatinya peran Bebe masih seperti biasa, yakni tipikal karakter penyakitan.

Apiknya chemistry antara pelakon utamanya membuat kita mudah untuk terkoneksi dengan persoalan masing-masing karakter yang salah satunya munhkin pernah atau sedang kamu alami. Kamu bisa menebak kemana muaranya karena pola penderitaan masih menganut 'from zero to hero', tapi cara sutradara menuturkan kisahnya juga kita para penonton telah terikat dengan para tokoh, menyaksikan The Underdogs merengkuh manisnya popularitas tak keberatan. Yang kemudian menghindarkan The Underdogs dari problematika adalah pagelaran kisahnya ditutup dengan hangat juga lucu.
Mengangkat misah Youtubers rap, sudah barang pasti The Underdogs diisi sederat nomor yang cukup menghibur telinga.
Young Lex? Sebaiknya kalian menyaksikan dan menilai sendiri. The Underdogs diluar dugaan berhasil lebih dari menghibur, juga sanggup memancing agar bersedia menyikapi fenomena Youtubers dari kacamata yang lebih positif.


THE UNDERGOGS : 3.5/5
90 menit : remaja
RIZALDI :18 Agustus 2017

Sutradara : Adink Liwutang
Penulis : Alitt Susanto, Dion Rajagukguk
Pemain : Sheryl Sheinafia, Brandon Salim, Babe Cabita, Jeff Smith.

Comments