THE EMOJI MOVIE (2017)


Konsepnya menarik, namun sayang hanya sebatas menarik konsepnya saja tapi tak dibarengi dengan eksekusi yang menarik juga. Jika para kritikus luar mengatakan The Emoji Movie adalah sebuah karya yang lebih parah ketimbang Happily N'ver After (2006) dan Hoodwinked Too! (2011) saya tak akan membantahnya, namun tak sepenuhnya juga mengiyakannya.

The Emoji Movie bercerita mengenai sebuah emoji berwarna kuning yang mewakili ekspresi "meh" bernama Gene (disuarakan oleh T.J. Miller). Tak seperti emoji lainnya yang tinggal di Textopolis, sebuah kota digital dalam suati aplikasi perpesanan di ponsel pintar milik seorang remaja belasan bernama Alex (Jake T. Austin). Jika emoji lainnya hanya menunjukkan satu ekspresi lain halnya dengan Gene, ia dapat menunjukkan berbagai macam eksperi seperti; bahagia, sedih, sampai jatuh cinta. Suatu ketika lantaran terlalu grogi, Gene samapi menampilkan ekspresi gado-gado saat di hendak di kirim Alex kepada gadis yang di taksirnya, Addie (Tatie Gabrielle). Akibat kejadian tersebut Gene ingin dilenyapkan oleh Smiller (Maya Rondolph), seorang diktator di negeri emoji, dalam upayanya melenyapkan Gene ia (Smiller) pun mengutus bot antivirus.



Demi menyelamatkan diri dari ancaman pemusnahan Gene pun melarikan diri ke luar aplikasi perpesanan dengan harapan menemukan cara yang dapat mengubahnya menjadi "meh" sejati. Ditengah-tengah usahanya melarikan diri Gene bertemu dengan emoji "tos" yang terbuang, Hi-5 (James Corden), dan pemecah kode handal, Jailbreak (Anna Farris) yang bersedia mengulurkan tangan untuk membantu Gene mengubah jati dirinya.

Sembari mata terfokus ke layar pikiran saya menerawang, saya penasaran bagaimana suasana kota Textopolis di smartphone orang lain, apa yang terjadi saat emoji dari satu smartphone dikirim ke smartphone lainnya? Apakah memang seperti ini mekanikanya, atau apakah Alex tak pernah mendapat kiriman emoji dari orang lain, ataupun sang pembuat film, Tony Leondis(Lilo & Stich2, Igor) tak memikirkan sampai kesitu.
Premisnya menarik, namun bukan hal baru mengingat sudah ada Werk-it Ralph - nya Disney yang mengajak kita bertualang dalam dunia arcade game, ada pula Disney/Pixar yang memperlihatkan kita akan mekanisme kerja dalam otak/kepala melalui Inside Out. Persamaan ketiganya ialah sama-sama perjalanan mencari jati diri si prontagonis. Namun yang jadi perbedaannya adalah Werk-it Ralph menggunakan set-piece variatif yang imajinatif, Inside Out dengan segala kompleksitas di semua sisi. The Emoji Movie hanya sebagai "hiburan ringan" dengan menampilkan warna-warni mencolok yang hiperaktif.


The Emoji Movie hanya bermain di permukaan, filmnya tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar kreatif juga greget. Leluconnya sangat basic, pembangunan semestanya tak imajinatif dan plotnya relatif predictable. Filmnya terlalu dangkal dan cenderung bodoh mengingat era dimana animasi telah melangkah ke tahap yang lebih tinggi dan mampu mencakup segala usia tak mesti bocah yang belum bisa mengeja nama mereka sendiri. Jika anda pikir anda dapat menebak plotnya hanya dengan mendengar premisnya, mungkin tebakan anda akan benar.

Yang paling lemah dalam The Emoji Movie adalah scrip kurang mempuni yang mampu menjerat penonton dari beragam usia secara menyeluruh. Plotnya berikut pesan positifnya yang masih berkisar pada pencarian jati diri, persahabatan, serta penerimaan tak pernah digali secara mendalam, dibiarkan mengambang di permukaan saja. Selama mulai mengalun hingga tutup durasi jangankan Hi-5 dan Jailbreak, sosok Gene saja tak dapat kita pamahi betul, akibatnya agak menyulitakn untuk penonton menaruh dukungan penuh terhadap perjuangannya.

Yang membuat saya "sedikit" tertarik menyimak The Emoji Movie adalah bagaimana Tony menggambarkan universe dalam smartphone Alex yang dikategorisasi berdasarkan aplikasi. Dalam tiap-tiap aplikasi senantiasa muncul tantangan dengan tingkat kesulitan beragam yang harus ditaklukkan oleh tiga tokoh terpinggirkan tersebut.
Ada kesenangan tersendiri kala menyaksikan ketiga emoji ini harus berjibaku dengan tantangan menari dalam peemainan Just Dance, bagaimana mereka beejumpa dengan virus-virus perusak dalam aplikasi tersembunyi, atau bagaimana ketika mengatasi arus yang mengikuti irama musik selama berlayar dalam aplikasi Spotify.

Anak-anak tidak keberatan dengan pesan moril mengenai penerimaan diri dan kasih sayang orang tua (ya, Gene juga punya orang tua yang juga emoji 'meh', di suarakan oleh Steven Wright dan Jennifer Coolidge) yang sudah sering merek jumpai di film yang lebih bagus. Tolong nasehati mereka agar tak salah tanggap mengira bahwa mengirim emoji bisa dengan mudah membuat mereka di- notice seseorang. Dan lagi FYI, film ini di buka dengan film pendek dari Hotel Transylvania yang berjudul Puppy, tentang dracula yang membelikan cucunya seekor anjing raksasa. Satu lagi, film ini memiliki sebuah adegan tambahan di sela-sela bergulirnya credit title.


The Emoji Movie : 2/5
RIZALDI : 13 Agustus 2017
86 menit : semua umur

Sutradara : Tony Leondis
Penulis : Tony Leondis, Eric Siegel
Pemain : T.J. Miller, James Corden, Anna Faris, Maya Rondolph

Comments